Jombang: Sejumlah massa Forum Rembug Masyarakat Jombang (FRMJ) berunjukrasa di DPRD dan Kantor Kejaksaan Negeri Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Kamis (12/11/2020).
Dalam aksinya meraka mendesak agar dugaan manipulasi RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) penyaluran pupuk bersubsidi di lingkup Dinas Pertanian dan dugaan persekongkolah terkait sejumlah proyek uang negara yang diduga melibatkan para wakil rakyat di DPRD Kabupaten Jombang diusut tuntas.
Aksi diawali dari depan Kantor DPRD. Massa FRMJ meminta dewan mempertanggungjawabkan beberapa anggaran proyek yang diloloskan dalam APBD. Meski para demonstran terus berorasi, namun tak satupun perwakilan dari DPRD Jombang bersedia menemui mereka.
Demo kemudian dialihkan ke Kantor Kejari yang berjarak sekitar satu kilometer dari gedung DPRD.
“Sampai saat ini belum ada kesimpulan apapun dari penyelidikan kasus pupuk bersubsidi ini, makanya kami datang menanyakan ini.
Lalu juga dugaan dewan ikut bermain di anggaran, meskipun belum selesai, tapi ini persekongkolahnya kan jelas, ya. Itu disikat dulu,” kata Koordinator FRMJ, Joko Fattah Rochim di sela aksi.
Di kantor Kejari, massa FRMJ yang membawa pengeras suara langsung berorasi secara bergantian. Beberapa saat kemudian, Kepala Kejari Jombang, Yulius Sigit Kristanto muncul menemui mereka.
Pada FRMJ, Yulius menyampaikan bahwa pihaknya terus bekerja mengusut kasus dugaan penyelewengan uang negara ini. Ia memastikan akan bekerja berdasarkan fakta dan sesuI aturan maupun SOP (standar operasional prosedur) yang ada. Agar apa yang dikerjakan tersebut menjadi sia-sia karena kehilangan saksi dan barang bukti.
Yulius mengaku tak ingin dipaksa mendalami dugaan penyelewengan yang pekerjaannya masih berjalan. Seperti indikasi penyimpangan beberapa proyek gemuk Dinas Pertanian yang baru-baru ini menjadi sorotan publik dan media.
“Saya bekerja berdasarkan fakta, mohon maaf saya tidak bisa mem-blow up apa semua aduan, karena kalau saya blow up semua, saya yang rugi. Mereka akan menghilangkan saksi dan barang bukti,” terangnya.
“Beberapa dugaan yang sekarang juga menjadi sorotan media, proyek itu sudah selesai apa belum, sekarang saya tanya? Belum kan, jadi mereka masih terikat aturan, mereka bekerja sampai Desember, jadi jangan paksakan saya untuk langgar aturan,” tandasnya.
Seperti diketahui, sejak beberapa bulan yang lalu Kejari Jombang mencium aroma tak sedap dalam kegiatan penyaluran pupuk bersubsidi Disperta setempat.
Bahkan, pada akhir September lalu, Kejari juga telah menggeledah Kantor Disperta dan tiga tempat lain terkait dugaan tindak pidana korupsi dan penyalahgunaan wewenang program Pemerintah tersebut.
Penggeledahan itu menyusul adanya kejanggalan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) penyaluran pupuk bersubsidi. Dugaan manipulasi ini setelah Kejari menemukan selisih yang banyak atau sisa pupuk dari jatah yang telah dibagikan kepada petani.
Dimana jumlah alokasi sebanyak 102.303 ton pupuk bersubsidi yang sedianya untuk 76.208 petani di 21 kecamatan, namun setelah disalurkan, rupanya masih banyak tersisa.
Sumber: https://www.lensaindonesia.com/2020/11/13/geruduk-dprd-dan-kejari-frmj-desak-dugaan-manipulasi-penyaluran-pupuk-bersubsidi-diusut.html/amp